vortal
Selasa, 06 Mei 2014
Minggu, 16 Maret 2014
makalah membentuk sikap dan perilaku yang baik
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Membentuk
sikap dan perilaku yang baik adalah suatu proses penerapan yang dilakukan orang
tua terhadap anaknya melalui pengenalan moral dan aturan-aturan yang terjadi
sejak anak itu lahir. Tanpa penerapan ini seorang anak akan melakukan
penyimpangan sosial baik tingkahlaku, sifat, karakter kebiasaan, dan lain-lain. Seorang dituntut
untuk berprilaku dan berakhlak baik, Membentuk sikap dan perilaku yang baik itu
sangat di perlukan untuk membentuk karakter seseorang dalam berprilaku baik di
lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Karakter seseorang
mencerminkan akhlak diri orang itupula.
Pada
era modern akhlak, tingkahlaku, sifat, karakter, kebiasaan anak semakin
memburuk. Untuk itu kita perlu
menciptakan generasi-generasi yang mempunyai sikap dan perilaku yang baik. Di
lingkungan kita,seringkali kita melihat sifat-sifat yang tidak baik. Hal ini
dikerenakan masuknya budaya-budaya asing yang semakin mengubah generasi kita
semakin terpuruk.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa pokok masalah yang dirumuskan dalam makalah ini yakni;
a. Apa
manfaat memiliki sifat dan perilaku yang baik.
b. Bagaimana
cara menerapkan sifat dan perilaku yang baik.
c. Mengapa
kita harus memiliki sifat dan perilaku yang baik.
d. Siapa
yang memiliki peran penting dalam menerapkan sifat dan perilaku yang baik
terhadap anak.
C.
Tujuan penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah;
1. Untuk
mengenalkan pentingnya memiliki sikap dan perilaku yang baik.
2. Untuk
menciptakan generasi yang bermoral.
3. Untuk
mengetahui apakah kita termasuk orang yang memiliki sikap dan perilaku yang
baik.
4. Mengajak
orang tua menerapkan sikap dan perilaku yang baik terhdap anaknya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Langkah
dalam membentuk sikap dan perilaku yang baik.
Membentuk
sikap dan perilaku yang baik pertama disampaikan melalui keluarga. Peranan keluarga sangat penting
karena keluarga adalah kelompok sosial
pertama yang dikenal oleh seorang anak. seorang anak akan dikenalkan norma dan
aturan-aturan baik budaya,agama maupun sosial. Aturan dan norma disampaikan
melalui dua faktor, yaitu intern dan ekstern faktor ini saling berkaitan dan
bahkan sulit untuk dipisahkan.
A.
Faktor intern disini mengacu pada
peranan keluarga, keluarga memiliki peran penting, bahkan bisa dibilang faktor
primer. Kondisi keluarga yang tidak harmonis dapat mempengaruhi pola sikap dan
perilaku yang tidak baik atau sering disebut penyimpangan moral. Seorang anak
akan mengalami penyimpangan moral jika di dalam keluarganya sering terjadi
konflik,baik konflik langsung maupun konflik tidak langsung. Yang dimaksud
konflik langsung disini yaitu terjadinya kekerasan dalam rumahtangga, Sedangkan
konflik tidak langsung yaitu pertengkaran mulut. Seorang anak yang masih dalam
masa penerapan belum mampu membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, seorang
anak baru mampu menerima dan merespon lalu menyimpan apa yang dilihat, didengar,
dan dirasakan disekitarnya. Seorang anak yang baru masa pembentukan sikap hanya bisa
meniru tingkahlaku disekitarnya ia belum bisa menciptakan apa yang harus
dilakukan. Sehingga secara tanpa sadar itu membentuk sikap dan perilaku anak.
Penyampaian norma-norma kepada anak dapat berbentuk lisan maupun tulisan.
1.
Bentuk lisan disampaikan pada anak yang
belum mengenal tulisan. Orang tua hanya menanamkan atau menyampaikan pesan
moral melalui dialog. Bentuk lisan memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk
membentuk karakter anak, orang tua yang menyampaikan pesan moral harus lebih
teliti. Karena apa yang disampaikan itu direspon sangat besar. Contoh, jika
seorang ayah menyampaikan pesan moral dengan intonasi suara yang tinggi maka
secara tidak langsung anak itu akan terbiasa berbicara dengan intonasi yang
tinggi pula. Disini memang orang tua memiliki niat yang baik akan tetapi
seorang anak akan menyerapnya negative yaitu berbicara dengan nada tinggi. Jika
kita, menilai berbicara tengan nada tinggi dengan orang tua sungguh tidak
sopan. Akan tetapi karena ini kebiasaan, kita tidak bisa mengatakan ini salah.
Disini kita bisa mengingatkan bahwa berbicara dengan nada tinggi tidak baik.
Disinilah masa yang sulit untuk orang tua dalam menerapkan sikap dan perilaku
yang baik, kerena kebanyakan orang tua tidak mampu mengubah sikapnya, bahkan
pada umumnya orang tua menganggap anak yang berbicara dengan nada tinggi itu
sudah hal biasa pada hal dalam agama seorang anak yang berbicara dengan nada
tinggi itu dianggap membentak orang tua dan itu hukumnya dosa. Lalu kita
menilai siapa yang sebenarnya salah, orang tua atau anak itu sendiri.contoh
yang lain yang bisa membentuk perilaku anak misalkan membacakan cerita yang
bernilai moral yang baik. Kegiatan ini juga bisa membentuk karakter anak karena
orang tua secara langsung mempengaruhi anak dengan sadar dan anak itu menyerap
nilai-nilai yang disampaikan. Tapi kegiatan ini belum banyak disadari orang
tua, menurut mereka itu merugikan waktu luang yang ada.
2.
Bentuk tulisan yaitu setelah anak
memasuki dunia pendidikan. Disini peran orang tua sedikit mudah dikarenakan
orang tua hanya perlu menyediakan media untuk anak agar bisa menerima pesan
moral melalui tulisan diantaranya adalah menyediakan buku-buku yang bernilai
moral yang baik. Akan tetapi bentuk ini mengalami kesulitan karena tidak semua
anak suka membaca, inilah yang menjadi kendala yang sukar diatasi.
B. Faktor
ekstern terjadi setelah anak masuk dalam kelompok masyarakat.faktor ini sedikit
rumit karena faktor ini dimulai sejak anak anak mengenal dunia bermain. Teman
bermain juga berpengaruh besar dalam pembentukan sikap dan perilaku. Pada masa
ini seorang anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dari hal baik sampai hal
buruk seorang anak sudah mulai menciptakan sifat sendiri. Seorang anak akan
mudah terpengaruh dengan teman sebayanya, ia akan merespon kemudian menyimpan
apa yang dilakukan selama beraktivitas dari hal biak sampai hal yang buruk.
Walaupun orang tua telah menyampaikan bahwa itu salah akan tetapi dikarenakn
rasa ingin tahu yang tinggi anak akan selalu ingin mencoba hal yang baru. Tahap
ini hampir menyerupai faktor keluarga, meskipun faktor ini sering berkolaborasi
dengan faktor keluarga. Pada faktor ini anak tidak hanya mengenal keluarganya
sendiri tapi juga mengenal keluarga lain seperti keluarga teman bermainnya.
Penrapan ini kadang tidak terdeteksi oleh orang tua sehingga akan terbentuk
sikap dan perilaku tanpa diketahui orang tuanya, kejadian-kejadian ini
dikembalikan lagi kepada peranan orang tua untuk mengubah sikap dan perilaku
anaknya. Akan tetapi orang tua sering mengalami kegagalan dalam
menanggulanginya, karena faktor ini semakin memiliki landasan yang mendominasi.
Faktor ini akan sedikit berkurang setelah anak memasuki dunia pendidikan dan
sudah bisa berfikir tentang apa yang baik dan yang buruk meski itu masih belum
maksimal bisa ia bedakan. Bahkan setelah anak memasuki dunia pendidikan peranan
orang tua sidikit mengurang karena dalam pendidikan anak juga mendapat
penerapan nilai-nilai yang baik dari seorang pendidik. Semakin anak menaiki
tahap-tahap yang lebih tinggi dalam pendidikan semkin seorang anak setiap
melakukan sesuatu penuh dengan alasan dan memikirkan akibat-akibat yang timbul.
Ada perbedaan yang timbul antara anak yang memasuki dunia pendidikan dan yany
tidak, anak yang tidak mengenal pendidikan mayoritas cara berfikirnya singkat,
ia hanya memikirkan sesaat, tanpa memikirkan lebih jauh akibat yang
timbul.kemudian melakukan sesuatu yang menurutnya kesenangan.
Anak yang sudah masuk ke status sosial
umum akan mengalami perubahan cara berfikir. Pengaruh penyimpangan moral di
luar sangat bersar, disinilah perubahan-perubahan yang terjadi sehingga
membentuk sikap dan perilaku anak. Adapun pengaruh yang sering terjadi adalah
sebagai berikut;
1.
Pengaruh Negatif
Anak
itu akan terpengaruh oleh teman-teman dan lingkungannya.
Ini
terjadi karena seorang anak mempunyai rasa mencoba hal-hal baru lalu didorong
oleh teman-temannya sehingga terjadi penyimpangan moral, akan tetapi
penyimpangan ini terkadang hanya bersifat semantara. Tepi jika rasa mencobanya
berkelanjutan maka yang terjadi adalah kesenagan, pada fase ini peran orang tua
sangat dibutuhkan. Jika penyimpangan itu tidak segera teratasi maka akan timbul
fase yang tinggi bahkan sulit untuk diatasi yaitu ketergantungan. Contoh, saat
anak mulai mengerti yang namanya kekerasan,anak itu akan mencoba hal itu. Tapi
jika terus menerus dilakukan anak itu akan terbiasa berkelahi, kemudian setelah
terbiasa dan anak itu merasa kepuasan yang belum cukup maka dia akan menjadi
seorang preman di tengah masyarakat. Setelah dia menjadi seorang preman akan ada
rasa bangga yang mendalam dalam dirinya. Sehingga sulit untuk mengubah anak itu
menjadi orang yang berperilaku baik.
2.
Pengaruh positif.
Anak
yang kehadirannya dalam suatu kelompok sosial yang berpengaruh.
Anak
yang berpengaruh terhadap suatu kelompok sosial akan menjadi contoh untuk
anggota yang ada dalam kelompok tersebut. Setiap apa yang dikerjakannya selalu
menjadi pusat perhatian. Secara sadar anak ini akan menunjukkan sikap baiknya
karena setiap tingkah lakunya itu menjadi landasan dasar suatu kelompok.
Faktor yang paling menentukan adalah
kebiasaan. Sejak anak mulai menciptakaan prilaku dan sifatnya sendiri hal ini
akan terjadi terus-menerus baik absrak maupun berwujud. Yang dimaksud abstrak
adalah sikap dan perilaku yang terbentuk tanpa ia sadari misalkan sikap yang
keras kepala, egois, pemarah dan lain sebagainya. Hal ini terbentuk bukan atas
dasar keinginan anak itu sendari, sikap ini terbentuk satelah mengalami
beberapa proses yang terjadi terus-menerus akan tetapi anak itu tidak menyadari
bahwa sikap itu akan terbentuk, bahkan sudah tertanam dalam setiap
tingkahlakunya. Masalah ini sulit untuk diatasi karena pada dasarnya sesuatu
yang sudah mendarah daging akan sulit selalu terbentuk melalui sikapnya
sendiri, meski itu bukan harapan batinnya. Masalah seperti ini hanya bisa
diatasi oleh diri sendiri, yaitu dengan membentuk keinginan untuk berubah yang
sangat kuat. Yang dimaksud berwujud
adalah anak itu menyadari akan sikap dan perilakunya aka n tetapi karena sikap
ini dilakukan terus menerus maka tertanam dalam tingkahlakunya. Contoh, seorang
anak yang sering berbohong, sejak anak itu mulai menciptakan sikap dan
perilakunya sendiri anak itu telah dibekali dasar yang benar, bahwa berbohong
itu tidak baik, bahkan anak itu menyadari bahwa berbohong itu tidak baik, tapi
karena anak itu sering berbohong sehingga berbohong menjadi kebiasaan yang mendarah
daging olehnya. Bahkan terkadang ia berbohng tanpa sengaja dan tanpa niat dari
dalam hatinya. Lalu bagai mana cara kita menanganinya? Ini yang mengalami
kendala yang serius, untuk mengubahnya kita membutuhkan keadaan lingkungan.
Maksudnya, anak yang seperti itu bisa kita ikutkan pada kegiatan keagamaan yang
ada d sekitar, misalkan, memasukkan anak ke sebuah pesantren, karena disini anak itu akan dituntut untuk melakukan
hal-hal yang baik.
Sangat berarti untuk
membangun sikap dan perilaku positif. Ada 12 Tips cara untuk membangun sikap
menjadi lebih Positif, antara lain :
1. kamu bisa memilih
bersikap Optimis.
Orang
yang pesimis itu focus kepada yang negative (seperti memandang segelas air
sebagai setengah kosong/air yang sudah tak ada). Sedangkan yang optimis focus
memandang yang positif (seperti memandang segelas air sebagai setengah penuh)
Siapakan yang lebih baik cara pandangnya? Siapakah yang lebih mungkin bahagia,
lebih yakin dan lebih pasti?
2. Kamu bisa memilih
menerima segalanya apa adanya
Ini tidaklah berarti bahwa kamu menjadi
tak semangat dan menyerah. Artinya kamu tidak bergumul, merengek, dan
memebenturkan kepalamu ke tembok ketika segalanya tidak beres. Sebenarnya
perilaku yang menjadikan kamu korban yang tiada berdaya (yang memakanmu itulah
yang menambah beban atas semangatmu). “Terimalah segalanya apa adanya, bukan
seperti yang kamu angankan saat ini. Masa lalu sudah lewat, masa depan masih
misteri dan saat inilah karunia, itulah sebabnya saat ini disebut “present =
hadiah”. Oleh karenanya saat ini pergunakanlah sebaik – sebaiknya.
3. Kamu bisa memilih
cepat pulih.
Mengembangkan
sikap – sikap positif tidaklah berarti bahwa kamu tidak akan pernah mengalami
kepedihan, penderitaan, atau kekecewaan. Selain itu, mengembangkan sikap –
sikap positip tidaklah berarti kamu seharusnya mengabaikan masalah. Masalahpun
selalu mempunyai sisi sebaliknya. Kalau kamu gagal dalam ujian, belajarlah
lebih giat lagi atau cari pembimbing. Kalau kamu kehilangan teman, perbaikilah
persahabatan tersebut, atau mencari teman baru. Kalau kamu tidak suka
penampilanmu, kembangkanlah kepribadian kamu yang fantastis.
4. Kamu bisa memilih
cerita
Mulailah
dengan menolak hal – hal yang suram, sungginglah senyum. Kalau kamu melontarkan
kata – kata yang positif, prmikiran – pemikiran yang positif, dan perasaan –
perasaan yang positif, maka orang – orang (serta hal – hal) yang positif akan
tertarik kepadamu.
5. Kamu bisa memilih
bersikap antusias.
Sambutlah setiap harinya dengan
semangat. Laksanakanlah tugas – tugasmu dengan penuh semangat. Semakin kamu
bersemangat, maka semakin orang – orang disekelilingmu punmerasa dan bersikap
demikian, “Semangatlah…..!”
6. Kamu bisa memilih lebih peka.
Kalau kamu lebih peka terhadap masalah –
masalah potensial, maka kamu bisa lebih siap menghadapinya dan bahkan mengelak.
Kamu juga bisa peka terhadap pengalaman – pengalaman positif. Misal, bila kamu
dengar pengumuman tentang uji coba tim atau klub baru, maka catatlah waktu dan
tempatnya dan berencanalah mengikutinya, kamu akan memperoleh sesuatu hal yang
baru.
7. kamu bisa memilih humor.
Kalau kamu melakukan
sesuatu yang konyol (semua orangpun pernah) jangan melewatkan peluang untuk
menertawakan diri sendiri. Itulah salah Satu sukacita besar kehidupan. Kalau
kamu banyak tertawa, kamu akan sehat. Tawa itu mengeluarkan kimiawi tertentu
dalam tubuhmu yang merangsangmu dan dapat memebantumu bertumbuh dengan sehat.
Humor dan tertawa itu sehat.
8. Kamu bisa memilih sportif
Sportif artinya menerima kekalahan
dengan positif sambil tersenyum, menjabat tangan sang pemenang, tidak
menyalajkan orang lain taua keadaan atas kekalahan itu. Sikap ini bisa
memenangkan teman seandainyapun kamu tidak memenangkan pertandingan atau
kompetisinya. “Sportif” berarti pula tidak perlu mengejek yang kalah ketika
kamu menang.
9. Kamu bisa memilih rendah hati
Kalau kamu benar benar berkepentingan
terhadap sesame, mereka akan melihat kualitas baikmu seandainyapun kamu tidak
mengiklankannya. Mereka tidak akan merasa bahwa kamu berusaha memanipulasi
mereka, berbuatlah untuk sesama karena Tuhanmu
10. Kamu bisa memilih bersyukur
Renungkanlah : Mungkin banyak sekali yang
bisa kamu syukuri. Rasa syukur membuatmu tersenyum. Itu membuatmu senang dengan
kehidupanmu. Dan orang lain pun senang di dekatmu. Bersyukur bisa memberikan
ketenangan bagi dirimu.
11. kamu bisa memilih beriman
Bagi sementara orang, ini berarti percaya
kepada Allah Yang Maha Kuasa atau kuas yang lebih tinggi lainnya. Beriman
artinya percaya bahwa segalanya akan beres bagimu dan bahwa kamu bisa
membereskan segalanya sendiri. Kalau kamu perkirakan akan gagal, mungkin
mencapai sasaranmu.
12. Kamu bisa memilih berpengharapan
Pengharapan mungkin merupakan sikap
positifmu yang terpenting dasar bagi segala sikap poritif lainnya. Apakah yang
kamu harapkan? Apa sajakah impianmu?Apa sajakah ambisimu? Maksudmu dalam
kehidupan ini? Kalau kamu mau mempertimbangkan pertanyaan – pertanyaan tersebut
kamu sudah menjadi individu yang berpengharapan. “Pengharapan adalah sesuatu
yang bersayap – Yang hingga pada Jiwa – Dan bersenandung tanpa kata – Dan tidak
pernah berhenti – sama sekali.
“Semoga harapanmu tercapai dan mulialah dari hari ini”
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Untuk
membentuk sikap dan perilaku yang baik itu memiliki banyak faktor yang terlibat
dalam pembentukan ini tidaklah mudah karena penerapan ini dimulai sejak anak
itu lahir. Membentu sikap dan moral dianggap penting karena untuk menciptakan
generasi-generasi yang bermoral. Faktor-faktor yang erat kaitannya dengan pembentukan
sikap dan perilaku antara lain adalah; keluarga, teman bermain (teman sebaya),
lembaga pendidikan, dan masyarakat umum. Namun yang memiliki peranan yang
paling besar adalah keluarga kerena segala sesuatu yang terbentuk pada anak harus melalui proses kontrol
keluarga meskipun terkadang ada yang tidak terdeteksi. Akan tetapi tidak
menutup kemungkinan bahkan faktor keluarga yang membentuk sikap dan perilaku
anak menjadi tidak baik, meskipun ini jarang terjadi tapi hal itu ada dalam
kehidupan di lingkungan kita.
B. Saran
a. Penulis
berharap agar makalah ini bisa di jadikan sumber pembelajaran mengenai pembentukan sikap dan perilaku yang
baik.
b. Pembaca, semoga pembaca dapat
mengambil intisari atau pelajaran dari makalah ini.
c. Dosen, agar dapat memberikan
pengarahan terhadap penulis apabila ada kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini.
d. Makalah ini
juga bisa dijadikan perbandingan dalam penelitian.
puisi
Borneo
Kesejukan embun pagi tiada lagi
kurasa
Kelembutan angin tiada lagi
menyapaku
Kegersangan mata mulai menyapa
Air mata enggang mulai membasahi
sungai Kapuas
Bahkan tangisannya mampu
membanjiri borneoku
Tahta enggang mulai tergantikan
Jiwa dan raganya mulai lelah
Sayapnya terasa patah
Melihat hutan yang mulai sirna
Yang membuatnya bingung dimana
dia akan hinggap
Para saudaranya merasa resah
Karena tiada tempat untuk
mencari makan
Adakah yang bisa mnegembalikan
borneoku
Jika ada yang bisa mengembalikan
itu
Akan tersedia tahta untuknya
Sebagai tanda akan kesadarannya.
Rabu, 12 Maret 2014
Langganan:
Postingan (Atom)