Minggu, 16 Maret 2014

makalah membentuk sikap dan perilaku yang baik

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Membentuk sikap dan perilaku yang baik adalah suatu proses penerapan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya melalui pengenalan moral dan aturan-aturan yang terjadi sejak anak itu lahir. Tanpa penerapan ini seorang anak akan melakukan penyimpangan sosial baik tingkahlaku, sifat, karakter  kebiasaan, dan lain-lain. Seorang dituntut untuk berprilaku dan berakhlak baik, Membentuk sikap dan perilaku yang baik itu sangat di perlukan untuk membentuk karakter seseorang dalam berprilaku baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Karakter seseorang mencerminkan akhlak diri orang itupula.
Pada era modern akhlak, tingkahlaku, sifat, karakter, kebiasaan anak semakin memburuk.  Untuk itu kita perlu menciptakan generasi-generasi yang mempunyai sikap dan perilaku yang baik. Di lingkungan kita,seringkali kita melihat sifat-sifat yang tidak baik. Hal ini dikerenakan masuknya budaya-budaya asing yang semakin mengubah generasi kita semakin terpuruk.

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa pokok masalah yang dirumuskan dalam makalah ini yakni;
a.       Apa manfaat memiliki sifat dan perilaku yang baik.
b.      Bagaimana cara menerapkan sifat dan perilaku yang baik.
c.       Mengapa kita harus memiliki sifat dan perilaku yang baik.
d.      Siapa yang memiliki peran penting dalam menerapkan sifat dan perilaku yang baik terhadap anak.
C.     Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah;
1.      Untuk mengenalkan pentingnya memiliki sikap dan perilaku yang baik.
2.      Untuk menciptakan generasi yang bermoral.
3.      Untuk mengetahui apakah kita termasuk orang yang memiliki sikap dan perilaku yang baik.
4.      Mengajak orang tua menerapkan sikap dan perilaku yang baik terhdap anaknya.
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Langkah dalam membentuk sikap dan perilaku yang baik.
Membentuk sikap dan perilaku yang baik pertama disampaikan melalui  keluarga. Peranan keluarga sangat penting karena keluarga adalah kelompok  sosial pertama yang dikenal oleh seorang anak. seorang anak akan dikenalkan norma dan aturan-aturan baik budaya,agama maupun sosial. Aturan dan norma disampaikan melalui dua faktor, yaitu intern dan ekstern faktor ini saling berkaitan dan bahkan sulit untuk dipisahkan.
A.                Faktor intern disini mengacu pada peranan keluarga, keluarga memiliki peran penting, bahkan bisa dibilang faktor primer. Kondisi keluarga yang tidak harmonis dapat mempengaruhi pola sikap dan perilaku yang tidak baik atau sering disebut penyimpangan moral. Seorang anak akan mengalami penyimpangan moral jika di dalam keluarganya sering terjadi konflik,baik konflik langsung maupun konflik tidak langsung. Yang dimaksud konflik langsung disini yaitu terjadinya kekerasan dalam rumahtangga, Sedangkan konflik tidak langsung yaitu pertengkaran mulut. Seorang anak yang masih dalam masa penerapan belum mampu membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, seorang anak baru mampu menerima dan merespon lalu menyimpan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan disekitarnya. Seorang anak  yang baru masa pembentukan sikap hanya bisa meniru tingkahlaku disekitarnya ia belum bisa menciptakan apa yang harus dilakukan. Sehingga secara tanpa sadar itu membentuk sikap dan perilaku anak. Penyampaian norma-norma kepada anak dapat berbentuk lisan maupun tulisan.
1.                  Bentuk lisan disampaikan pada anak yang belum mengenal tulisan. Orang tua hanya menanamkan atau menyampaikan pesan moral melalui dialog. Bentuk lisan memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk membentuk karakter anak, orang tua yang menyampaikan pesan moral harus lebih teliti. Karena apa yang disampaikan itu direspon sangat besar. Contoh, jika seorang ayah menyampaikan pesan moral dengan intonasi suara yang tinggi maka secara tidak langsung anak itu akan terbiasa berbicara dengan intonasi yang tinggi pula. Disini memang orang tua memiliki niat yang baik akan tetapi seorang anak akan menyerapnya negative yaitu berbicara dengan nada tinggi. Jika kita, menilai berbicara tengan nada tinggi dengan orang tua sungguh tidak sopan. Akan tetapi karena ini kebiasaan, kita tidak bisa mengatakan ini salah. Disini kita bisa mengingatkan bahwa berbicara dengan nada tinggi tidak baik. Disinilah masa yang sulit untuk orang tua dalam menerapkan sikap dan perilaku yang baik, kerena kebanyakan orang tua tidak mampu mengubah sikapnya, bahkan pada umumnya orang tua menganggap anak yang berbicara dengan nada tinggi itu sudah hal biasa pada hal dalam agama seorang anak yang berbicara dengan nada tinggi itu dianggap membentak orang tua dan itu hukumnya dosa. Lalu kita menilai siapa yang sebenarnya salah, orang tua atau anak itu sendiri.contoh yang lain yang bisa membentuk perilaku anak misalkan membacakan cerita yang bernilai moral yang baik. Kegiatan ini juga bisa membentuk karakter anak karena orang tua secara langsung mempengaruhi anak dengan sadar dan anak itu menyerap nilai-nilai yang disampaikan. Tapi kegiatan ini belum banyak disadari orang tua, menurut mereka itu merugikan waktu luang yang ada.
2.                  Bentuk tulisan yaitu setelah anak memasuki dunia pendidikan. Disini peran orang tua sedikit mudah dikarenakan orang tua hanya perlu menyediakan media untuk anak agar bisa menerima pesan moral melalui tulisan diantaranya adalah menyediakan buku-buku yang bernilai moral yang baik. Akan tetapi bentuk ini mengalami kesulitan karena tidak semua anak suka membaca, inilah yang menjadi kendala yang sukar diatasi.
B.     Faktor ekstern terjadi setelah anak masuk dalam kelompok masyarakat.faktor ini sedikit rumit karena faktor ini dimulai sejak anak anak mengenal dunia bermain. Teman bermain juga berpengaruh besar dalam pembentukan sikap dan perilaku. Pada masa ini seorang anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dari hal baik sampai hal buruk seorang anak sudah mulai menciptakan sifat sendiri. Seorang anak akan mudah terpengaruh dengan teman sebayanya, ia akan merespon kemudian menyimpan apa yang dilakukan selama beraktivitas dari hal biak sampai hal yang buruk. Walaupun orang tua telah menyampaikan bahwa itu salah akan tetapi dikarenakn rasa ingin tahu yang tinggi anak akan selalu ingin mencoba hal yang baru. Tahap ini hampir menyerupai faktor keluarga, meskipun faktor ini sering berkolaborasi dengan faktor keluarga. Pada faktor ini anak tidak hanya mengenal keluarganya sendiri tapi juga mengenal keluarga lain seperti keluarga teman bermainnya. Penrapan ini kadang tidak terdeteksi oleh orang tua sehingga akan terbentuk sikap dan perilaku tanpa diketahui orang tuanya, kejadian-kejadian ini dikembalikan lagi kepada peranan orang tua untuk mengubah sikap dan perilaku anaknya. Akan tetapi orang tua sering mengalami kegagalan dalam menanggulanginya, karena faktor ini semakin memiliki landasan yang mendominasi. Faktor ini akan sedikit berkurang setelah anak memasuki dunia pendidikan dan sudah bisa berfikir tentang apa yang baik dan yang buruk meski itu masih belum maksimal bisa ia bedakan. Bahkan setelah anak memasuki dunia pendidikan peranan orang tua sidikit mengurang karena dalam pendidikan anak juga mendapat penerapan nilai-nilai yang baik dari seorang pendidik. Semakin anak menaiki tahap-tahap yang lebih tinggi dalam pendidikan semkin seorang anak setiap melakukan sesuatu penuh dengan alasan dan memikirkan akibat-akibat yang timbul. Ada perbedaan yang timbul antara anak yang memasuki dunia pendidikan dan yany tidak, anak yang tidak mengenal pendidikan mayoritas cara berfikirnya singkat, ia hanya memikirkan sesaat, tanpa memikirkan lebih jauh akibat yang timbul.kemudian melakukan sesuatu yang menurutnya kesenangan.
Anak yang sudah masuk ke status sosial umum akan mengalami perubahan cara berfikir. Pengaruh penyimpangan moral di luar sangat bersar, disinilah perubahan-perubahan yang terjadi sehingga membentuk sikap dan perilaku anak. Adapun pengaruh yang sering terjadi adalah sebagai berikut;
1.               Pengaruh Negatif
Anak itu akan terpengaruh oleh teman-teman dan lingkungannya.
Ini terjadi karena seorang anak mempunyai rasa mencoba hal-hal baru lalu didorong oleh teman-temannya sehingga terjadi penyimpangan moral, akan tetapi penyimpangan ini terkadang hanya bersifat semantara. Tepi jika rasa mencobanya berkelanjutan maka yang terjadi adalah kesenagan, pada fase ini peran orang tua sangat dibutuhkan. Jika penyimpangan itu tidak segera teratasi maka akan timbul fase yang tinggi bahkan sulit untuk diatasi yaitu ketergantungan. Contoh, saat anak mulai mengerti yang namanya kekerasan,anak itu akan mencoba hal itu. Tapi jika terus menerus dilakukan anak itu akan terbiasa berkelahi, kemudian setelah terbiasa dan anak itu merasa kepuasan yang belum cukup maka dia akan menjadi seorang preman di tengah masyarakat. Setelah dia menjadi seorang preman akan ada rasa bangga yang mendalam dalam dirinya. Sehingga sulit untuk mengubah anak itu menjadi orang yang berperilaku baik.
2.               Pengaruh positif.
Anak yang kehadirannya dalam suatu kelompok sosial yang berpengaruh.
Anak yang berpengaruh terhadap suatu kelompok sosial akan menjadi contoh untuk anggota yang ada dalam kelompok tersebut. Setiap apa yang dikerjakannya selalu menjadi pusat perhatian. Secara sadar anak ini akan menunjukkan sikap baiknya karena setiap tingkah lakunya itu menjadi landasan dasar suatu kelompok.
Faktor yang paling menentukan adalah kebiasaan. Sejak anak mulai menciptakaan prilaku dan sifatnya sendiri hal ini akan terjadi terus-menerus baik absrak maupun berwujud. Yang dimaksud abstrak adalah sikap dan perilaku yang terbentuk tanpa ia sadari misalkan sikap yang keras kepala, egois, pemarah dan lain sebagainya. Hal ini terbentuk bukan atas dasar keinginan anak itu sendari, sikap ini terbentuk satelah mengalami beberapa proses yang terjadi terus-menerus akan tetapi anak itu tidak menyadari bahwa sikap itu akan terbentuk, bahkan sudah tertanam dalam setiap tingkahlakunya. Masalah ini sulit untuk diatasi karena pada dasarnya sesuatu yang sudah mendarah daging akan sulit selalu terbentuk melalui sikapnya sendiri, meski itu bukan harapan batinnya. Masalah seperti ini hanya bisa diatasi oleh diri sendiri, yaitu dengan membentuk keinginan untuk berubah yang sangat kuat.  Yang dimaksud berwujud adalah anak itu menyadari akan sikap dan perilakunya aka n tetapi karena sikap ini dilakukan terus menerus maka tertanam dalam tingkahlakunya. Contoh, seorang anak yang sering berbohong, sejak anak itu mulai menciptakan sikap dan perilakunya sendiri anak itu telah dibekali dasar yang benar, bahwa berbohong itu tidak baik, bahkan anak itu menyadari bahwa berbohong itu tidak baik, tapi karena anak itu sering berbohong sehingga berbohong menjadi kebiasaan yang mendarah daging olehnya. Bahkan terkadang ia berbohng tanpa sengaja dan tanpa niat dari dalam hatinya. Lalu bagai mana cara kita menanganinya? Ini yang mengalami kendala yang serius, untuk mengubahnya kita membutuhkan keadaan lingkungan. Maksudnya, anak yang seperti itu bisa kita ikutkan pada kegiatan keagamaan yang ada d sekitar, misalkan, memasukkan anak ke sebuah pesantren, karena disini  anak itu akan dituntut untuk melakukan hal-hal yang baik.

Sangat berarti untuk membangun sikap dan perilaku positif. Ada 12 Tips cara untuk membangun sikap menjadi lebih Positif, antara lain :
1. kamu bisa memilih bersikap Optimis.
Orang yang pesimis itu focus kepada yang negative (seperti memandang segelas air sebagai setengah kosong/air yang sudah tak ada). Sedangkan yang optimis focus memandang yang positif (seperti memandang segelas air sebagai setengah penuh) Siapakan yang lebih baik cara pandangnya? Siapakah yang lebih mungkin bahagia, lebih yakin dan lebih pasti?
2. Kamu bisa memilih menerima segalanya apa adanya
     Ini tidaklah berarti bahwa kamu menjadi tak semangat dan menyerah. Artinya kamu tidak bergumul, merengek, dan memebenturkan kepalamu ke tembok ketika segalanya tidak beres. Sebenarnya perilaku yang menjadikan kamu korban yang tiada berdaya (yang memakanmu itulah yang menambah beban atas semangatmu). “Terimalah segalanya apa adanya, bukan seperti yang kamu angankan saat ini. Masa lalu sudah lewat, masa depan masih misteri dan saat inilah karunia, itulah sebabnya saat ini disebut “present = hadiah”. Oleh karenanya saat ini pergunakanlah sebaik – sebaiknya.
3. Kamu bisa memilih cepat pulih.
 Mengembangkan sikap – sikap positif tidaklah berarti bahwa kamu tidak akan pernah mengalami kepedihan, penderitaan, atau kekecewaan. Selain itu, mengembangkan sikap – sikap positip tidaklah berarti kamu seharusnya mengabaikan masalah. Masalahpun selalu mempunyai sisi sebaliknya. Kalau kamu gagal dalam ujian, belajarlah lebih giat lagi atau cari pembimbing. Kalau kamu kehilangan teman, perbaikilah persahabatan tersebut, atau mencari teman baru. Kalau kamu tidak suka penampilanmu, kembangkanlah kepribadian kamu yang fantastis.
4. Kamu bisa memilih cerita
Mulailah dengan menolak hal – hal yang suram, sungginglah senyum. Kalau kamu melontarkan kata – kata yang positif, prmikiran – pemikiran yang positif, dan perasaan – perasaan yang positif, maka orang – orang (serta hal – hal) yang positif akan tertarik kepadamu.
5. Kamu bisa memilih bersikap antusias.
Sambutlah setiap harinya dengan semangat. Laksanakanlah tugas – tugasmu dengan penuh semangat. Semakin kamu bersemangat, maka semakin orang – orang disekelilingmu punmerasa dan bersikap demikian, “Semangatlah…..!”
6. Kamu bisa memilih lebih peka.
    Kalau kamu lebih peka terhadap masalah – masalah potensial, maka kamu bisa lebih siap menghadapinya dan bahkan mengelak. Kamu juga bisa peka terhadap pengalaman – pengalaman positif. Misal, bila kamu dengar pengumuman tentang uji coba tim atau klub baru, maka catatlah waktu dan tempatnya dan berencanalah mengikutinya, kamu akan memperoleh sesuatu hal yang baru.
7. kamu bisa memilih humor.
Kalau kamu melakukan sesuatu yang konyol (semua orangpun pernah) jangan melewatkan peluang untuk menertawakan diri sendiri. Itulah salah Satu sukacita besar kehidupan. Kalau kamu banyak tertawa, kamu akan sehat. Tawa itu mengeluarkan kimiawi tertentu dalam tubuhmu yang merangsangmu dan dapat memebantumu bertumbuh dengan sehat. Humor dan tertawa itu sehat.
8. Kamu bisa memilih sportif
Sportif artinya menerima kekalahan dengan positif sambil tersenyum, menjabat tangan sang pemenang, tidak menyalajkan orang lain taua keadaan atas kekalahan itu. Sikap ini bisa memenangkan teman seandainyapun kamu tidak memenangkan pertandingan atau kompetisinya. “Sportif” berarti pula tidak perlu mengejek yang kalah ketika kamu menang.
9. Kamu bisa memilih rendah hati
   Kalau kamu benar benar berkepentingan terhadap sesame, mereka akan melihat kualitas    baikmu seandainyapun kamu tidak mengiklankannya. Mereka tidak akan merasa bahwa kamu berusaha memanipulasi mereka, berbuatlah untuk sesama karena Tuhanmu
10. Kamu bisa memilih bersyukur
  Renungkanlah : Mungkin banyak sekali yang bisa kamu syukuri. Rasa syukur membuatmu tersenyum. Itu membuatmu senang dengan kehidupanmu. Dan orang lain pun senang di dekatmu. Bersyukur bisa memberikan ketenangan bagi dirimu.
11. kamu bisa memilih beriman
   Bagi sementara orang, ini berarti percaya kepada Allah Yang Maha Kuasa atau kuas yang lebih tinggi lainnya. Beriman artinya percaya bahwa segalanya akan beres bagimu dan bahwa kamu bisa membereskan segalanya sendiri. Kalau kamu perkirakan akan gagal, mungkin mencapai sasaranmu.
12. Kamu bisa memilih berpengharapan
     Pengharapan mungkin merupakan sikap positifmu yang terpenting dasar bagi segala sikap poritif lainnya. Apakah yang kamu harapkan? Apa sajakah impianmu?Apa sajakah ambisimu? Maksudmu dalam kehidupan ini? Kalau kamu mau mempertimbangkan pertanyaan – pertanyaan tersebut kamu sudah menjadi individu yang berpengharapan. “Pengharapan adalah sesuatu yang bersayap – Yang hingga pada Jiwa – Dan bersenandung tanpa kata – Dan tidak pernah berhenti – sama sekali.
“Semoga harapanmu tercapai dan mulialah dari hari ini”
























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Untuk membentuk sikap dan perilaku yang baik itu memiliki banyak faktor yang terlibat dalam pembentukan ini tidaklah mudah karena penerapan ini dimulai sejak anak itu lahir. Membentu sikap dan moral dianggap penting karena untuk menciptakan generasi-generasi yang bermoral. Faktor-faktor yang erat kaitannya dengan pembentukan sikap dan perilaku antara lain adalah; keluarga, teman bermain (teman sebaya), lembaga pendidikan, dan masyarakat umum. Namun yang memiliki peranan yang paling besar adalah keluarga kerena segala sesuatu yang terbentuk  pada anak harus melalui proses kontrol keluarga meskipun terkadang ada yang tidak terdeteksi. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahkan faktor keluarga yang membentuk sikap dan perilaku anak menjadi tidak baik, meskipun ini jarang terjadi tapi hal itu ada dalam kehidupan di lingkungan kita.

B.     Saran
a.       Penulis berharap agar makalah ini bisa di jadikan sumber pembelajaran mengenai pembentukan sikap dan perilaku yang baik.
b.      Pembaca, semoga pembaca dapat mengambil intisari atau pelajaran dari makalah ini.
c.       Dosen, agar dapat memberikan pengarahan terhadap penulis apabila ada kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini.
d.      Makalah ini juga bisa dijadikan perbandingan dalam penelitian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar